Huud 91) Selanjutnya, Nabi Syu'aib menakut-nakuti mereka dengan adzab Allah jika mereka tetap di atas kesesatan dan kemaksiatan mereka, tetapi kaumnya malah menjawab ancaman itu dengan mengancam Beliau dan memberikan pilihan, " Mengikuti agama mereka atau pergi meninggalkan kota mereka bersama orang-orang yang beriman yang mengikutinya .". Kisahhidup Hajar menjadi cikal bakal Baitullah, pemilik sumur zamzam, dan juga lahirnya peristiwa Sa'i dalam rangkaian ibadah haji. Login; Register; Pertolongan Allah itu Nyata. Ketiga, peristiwa Sa'i adalah pengingat akan nyatanya pertolongan Allah kepada hamba-Nya. Hajar dan Ismail diantar Ibrahim menuju padang pasir tak berpenghuni Kisahnyata Keajaiban Sholawat. Pagi itu keluarga Achmad akan berangkat ke malang, naik pesawat terbang, mereka berempat, ayah, istri dan dua anaknya (Hasan dan Husein),Hasan kelas 5 SD, sedang Husein kelas 2 SD. Pesawat bergerak naik seperti biasa aman2 saja, tiada kendala apapun. Dalam perjalananpun tiada hal yang dapat membuat hati was-was. NamunReni hanya mampu bersyukur kepada Allah bahwa akhirnya pertolongan itu datang juga untuknya setelah penantian yang cukup lama. Akhirnya pendarahan pun terhenti begitu saja, dan rupanya pertolongan Allah Swt tiba setelah Reni bersedekah dengan sejumlah harta yang sudah ia cita-citakan. "Sembuhkan penyakit kalian dengan cara sedekah. Kisahnyata islami, datangnya pertolongan Allah. Ternyata pertolongan Allah datang dari arah yang tak disangka-sangka, ketika ia tiba di rumah kontrakannya, pegawai orang tua siswa mengajinya telah menunggu untuk menyerahkan gaji mengajar si Pemuda itu yang jumlahnya 3 kali lipat dari seharusnya karena ayah siswanya baru saja mendapatkan rezeki RoWh. Sebuah post di Instagram dari seorang teman, mbak Aulia menarik perhatian saya. Pos itu berisi ajakan untuk menulis sebuah kisah nyata dan pertolongan Allah itu nyata adanya. Menarik pikir saya saat itu, saya ada sebuah kisah, semoga kisah itu juga dapat menginspirasi menunggu lama, saya mengirimkan pesan pada mbak Aulia, menyampaikan bahwa saya berminat untuk bergabung pada proyek beliau. Sebetulnya hal ini bukan pertama kalinya saya bergabung dengan proyek menulis kisah nyata bersama pertama adalah Unboxing Soulmate. Kisah tentang perlakuan tidak baik pasangan, sahabat atau saudara. Intinya adalah tindakan tidak baik orang yang dekat dengan penulis atau kisah nyata pengalaman orang lain yang dituliskan Balik LayarUntuk memudahkan koordinasi antar penulis, maka mbak Aulia membentuk sebuah grup WhatsApp. Beliau memberikan arahan dan panduan di Aulia juga memberikan sesi konsultasi terhadap naskah yang disusun. Hal ini sangat membantu, lo, tak terkecuali bagi saya. Saya memanfaatkan sesi konsultasi untuk mendiskusikan bagaimana saya menuangkan sebuah kisah ke dalam konsultasi, saya coba untuk menyusun ceritanya, yang merupakan cerita orang lain. Hal yang ingin saya tonjolkan adalah sesi tokoh Aku yang seolah-olah dia berbicara langsung dengan Allah. Dia benar-benar pasrah atas masukan juga diberikan mbak Aulia, sehingga naskah saya yang biasa bisa menjadi nyaman untuk dibaca. Saya pun menjadi terenyuh saat membacanya kembali. Simak yuk kisah yang saya tulis dan diedit mbak Aulia juga memberikan kutipan-kutipan sesuai kisah yang ditulis oleh para penulis di setiap awal ceritanya. Simak resensi buku Di Batas Logika setelah ini ya. Berikut kisah yang saya tulis setelah mendapat arahan dari mbak Aulia. Cerita tersebut saya beri judul Merengkuh Maaf. Sebuah kisah nyata dari seorang sahabat yang mempunyai pengalaman mengalami konflik dengan ibi tak bisa menahan air mata yang mengalir deras setelah menunaikan ibadah salat Isya. Leher terasa tercekik dan mukena bagian depan sudah basah. Aku tak bisa berkata-kata lagi, tak berdaya di hadapanNya. Lama ku bersimpuh menengadahkan wajah dan tangan hingga akhirnya ku tertidur di atas terguncang dan kuterbangun karenanya. Samar kulihat wajah suamiku yang semakin lama semakin jelas, ternyata dia yang mengguncang tubuhku agar aku terbangun.“Bangun Bund, pindah tidurnya ke tempat tidur. Nanti masuk angin kalau tidur di bawah seperti ini,” ujar suamiku mengingatkanku. Dia membantuku berdiri. Aku perlahan berdiri, badanku terasa kaku, mungkin karena aku tertidur dengan posisi yang tidak tepat.“Ada apa? Habis menangis, ya? Matanya terlihat sembab. Mukenanya juga sedikit basah,” selidik suamiku yang membantu melipat mukena. Dia mengamatiku, tetapi aku berusaha menghindari tatapan terduduk di tepi pembaringan. “Ada apa?” tanya suamiku mengulang pertanyaan yang belum kujawab dari tadi. Dia pun duduk di sebelahku.“Jika tidak bisa cerita sekarang, cerita nanti, istirahat dulu, sudah larut,” lanjutnya kemudian sambil mengelus kepala yang kuletakkan di bahunya. Aku merasa sangat letih hari ini, tetapi ada aliran rasa yang lain, aku merasa lega setelah menumpahkan segalanya dan mengadukannya pada pemilik kehidupan.“Ayah sudah dari tadi datangnya? Maaf ya, Aku tidak mendengar Ayah datang,” ujarku.“Enggak apa-apa. Tadi Rara yang membukakan pintu. Katanya, Bunda tadi sore nangis. Eyang, tidak keluar dari kamar, keluar hanya untuk makan saja. Mas Raka sudah tidur karena kecapekan futsal. Mas Akbar, baru pulang. Tadi Rara laporan ke Ayah seperti kereta api,” tutur suamiku tersenyum menceritakan tingkah putri bungsuku memang suka bercerita, saat Ayahnya pulang dia pasti menceritakan apa saja yang dilakukannya seharian dan apa yang terjadi di rumah selama Ayahnya tidak ada di rumah. Suamiku akan setia mendengar apa saja cerita Rara, karena kalau tidak menyimak cerita Rara, dia akan ngambek. Walaupun dia sudah kelas enam SD dia masih saja bersikap manja pada Ayahnya“Tadi ada salah paham, Yah. Entah lah kenapa lidahku tadi siang, aku merasa tidak salah bicara, tetapi ibu marah-marah,” tuturku mulai bercerita. Kepalaku masih kuletakkan di bahunya yang nyaman untukku bersandar. Suamiku sabar mendengarkan aku menyelesaikan cerita.“Ada enggak ya, kursus bicara dengan orangtua, supaya enggak ada lagi salah paham seperti ini. Capek, lo, Yah,” lanjutku. Suamiku memegang daguku dan mengamatiku dengan wajah penuh tanya.“Kenapa ini, Aku semakin bingung Bund. Apa hubungannya kursus bicara sama salah paham dengan Ibu? Aku berterimakasih, Bunda sudah mau menerima ibuku dan menganggapnya seperti ibu Bunda sendiri. Ibu semakin hari memang semakin sensitif, mudah sekali marah. Tadi siang ada salah bicara apalagi?” tanya mertuaku beberapa bulan ini tinggal bersama kami. Sebelumnya ibu tinggal sendiri di Wonosobo, rumah mertuaku. Bapak mertua sudah lama meninggal, sedangkan anak-anak beliau merantau ke kota lain, bahkan ada yang di luar pulau dan luar kondisi kesehatan ibu dan usianya yang semakin tua maka kami memutuskan untuk membawa ibu tinggal bersama kami, karena kami tidak dapat merawat beliau di Wonosobo. Awalnya ibu tinggal bersama adik ipar, karena adik ipar melahirkan anak kembar dan sedang masa pemulihan, sehingga aku mengusulkan pada suamiku untuk membawanya tinggal bersama ibu mertuaku bukan tipe pemarah, tetapi beliau perfeksionis dan tidak mau disalahkan. Apapun dikomentari, jujur kadang aku juga capek. Mungkin pemilihan kata-kataku tadi siang kurang sesuai sehingga terjadi salah paham. Selama ini, aku memperlakukan ibu mertuaku seperti ibuku sendiri. Ibuku kerap mengingatkanku sebelum beliau meninggal agar aku memperlakukan ibu mertuaku layaknya aku memperlakukan ibuku."Rara itu pemalas, susah dikasih tahu, kalau pulang sekolah enggak mau langsung ganti baju," tutur Ibu yang melihat Rara datang. Padahal Rara baru masuk rumah, dia sedang melepas kaos kaki. Udara siang tadi cukup menyengat, kulihat Rara kecapekan sedang melepas penat sejenak, dengan duduk di kursi langsung menegurnya, "Rara, pulang sekolah itu ganti baju dulu, baru duduk.""Cuma duduk sebentar, Eyang. Rara capek, di luar panas sekali, ini juga mau ganti baju dan cuci kaki," jawab Rara spontan, cemberut dan berlalu begitu saja mengabaikan ibu tidak suka akan perlakuan Rara dan langsung menghampiriku. Hari ini aku sengaja mengambil cuti karena mengantar Ibu mengambil pensiun dan kontrol ke rumah sakit. Selain mengadukan Rara, ibu juga mengomentari Raka dan Akbar. Raka dengan kegiatan futsalnya, Akbar yang jarang ada di rumah. Awalnya aku yang berusaha menjawab dengan tenang, lama-lama agak emosi Namun, aku pun tetap menjawab keluhan ibu, satu per satu dengan tenang. Aku kurang nyaman ibu memberi label yang tidak baik terhadap ibu marah dan berseru, “Aku mendidik anak-anakku juga begini dan semuanya sukses, termasuk suamimu, Rahmat! Kalau Ibu di sini hanya mengganggu kalian dan membuat kalian tidak nyaman, ya sudah. Aku kembali saja ke Wonosobo, besok Aku minta Rahmat mengantarku ke Wonosobo atau Aku pulang sendiri naik travel.” Ibu segera meninggalkanku dengan menangis Aku langsung menoleh ke arah Ibu dengan bergemuruh. Aku yang sedang menyiapkan makan siang, berhenti dan bingung. Mengapa ibu seperti itu? Apakah aku salah bicara, tanyaku dalam hati. Segera kuhampiri ibu ke kamarnya, tetapi pintu kamar terkunci. Kuketuk pelan pintu kamarnya dan meminta izin untuk masuk. Kusampaikan maafku, dari luar pintu, walaupun saat itu aku belum tahu salahku apa. Aku juga berusaha mengingat lagi kejadian barusan. Seingatku aku tidak membentak atau menghardik Ibu. Apa mungkin Aku tadi ada salah lama aku duduk di depan pintu kamar, menunggu ibu keluar dari kamarnya. Rara menghampiriku dan bertanya tentang apa yang terjadi. Aku hanya menyampaikan bahwa eyangnya sedang marah. Hari sudah semakin siang dan ibu belum makan siang. Kusampaikan juga bahwa makanan sudah siap. Aku juga meminta Rara mengajak eyangnya untuk makan siang bersama. Setelah beberapa waktu, pintu kamar pun terbuka dan Ibu keluar dengan mata yang sembab. Kuhampiri ibu dan bersimpuh di kakinya, meminta maaf jika aku tidak sopan dan tutur kataku tidak berkenan di hati. Ibu hanya menjawab, “Iya.” Tidak ada kata-kata lain yang keluar dari bibirnya. Aku yakin ibu masih marah. Segera aku mempersilakan ibu untuk makan siang dan Rara menemaninya, sedangkan aku menuju kamarku untuk merenungi kejadian mendengarkan semua ceritaku dengan seksama. “Ya sudah, sabar ya, sudah terjadi, Bunda mungkin salah bicara, tapi Ayah yakin Bunda orang baik, mungkin Bunda tidak sengaja berkata hal yang menyinggung ibu,” tutur suami sambil mengelus punggungku“Bunda pasrah, Yah. Bunda sudah mengadukan semua ke Allah. Bunda tidak bermaksud tidak sopan. Bunda hanya ingin merawat ibu di masa tuanya. Semoga Ibu mau memaafkan Bunda, ya Yah,” mengangguk dan memelukku erat, “Ya sudah, yang penting Bunda sudah minta maaf. Besok pagi coba Ayah yang bicara pada Ibu, ya,” lanjut suami itu pun aku tidak dapat tidur nyenyak. Permasalahan ini sungguh berat bagiku, karena terkait hubungan dengan orang tua. Aku tidak mau menjadi menantu durhaka. Aku bersujud lagi di sepertiga malam, memohon ampun padaNya dan mengadukan semuanya lagi pada pemilik kehidupan serasa aku benar-benar bicara padaNya. Aku pasrah apapun yang terjadi, karena kutahu pasti Allah paham mana yang terbaik untuk umatnya. Hanya Engkau yang tahu isi hatiku Ya biasanya, Aku menyiapkan sarapan dan makan siang untuk semua anggota keluarga. Ibu yang telah bangun membantuku dalam diam. Aku membiarkannya tidak mengajaknya bicasuamiungkin ibu masih tidak ingin bicara padaku. Saat bertemu suami, Ibu ngobrol seperti biasa, tidak menyinggung keinginannya untuk pulang ke Raka dan Akbar berangkat sekolah, giliran Aku, Rara dan suami menyusul berangkat bekerja dan mengantar Rara sekolah lebih dulu. “Bu, saya minta maaf atas ketololan saya siang kemarin,” ujarku meminta maaf pada Ibu untuk kesekian hanya mengangguk dengan wajah datar. Suami yang melihatnya juga meminta maaf atas kesalahanku. Kemudian kami bertiga pamit berangkat. Tinggalah ibuku sendirian, menunggu Bu Asih yang membantuku membersihkan rumah, biasanya 3-4 jam dia ada di rumah kami untuk membersihkan aku khawatir ibu tiba-tiba pulang sendiri ke Wonosobo, tapi ku tepis semua pikiran itu. Sepulang kerja, aku bawakan getas, kue tradisional kegemaran ibu. Tampak ibu sedang duduk di ruang tengah melihat televisi bersama anak-anak. Tumben Akbar dan Raka ikut menonton televisi bersama, biasanya mereka asyik sendiri di kamar masing-masing. Mereka sedang asyik melihat acara ibu sudah tidak tegang dan tampaknya sudah tidak marah. Akupun tidak ingin memperkeruh suasana. Kusajikan getas dan singkong keju dan meletakkannya di meja tengah. Setelah membersihkan diri aku pun ikut bergabung bersama mereka, sambil menunggu suamiku pulang hubungan tokoh Aku dan ibu mertuanya berangsur membaik? Adakah cerita menarik dibalik itu? Bagaimana bentuk pertolongan Allah pada tokoh Aku?Bukunya masih bisa dipesan, lo. Selain itu ada 17 kisah nyata pula terkait pertolongan Allah itu nyata yang dirangkai dengan apik oleh mbak Aulia dalam buku Di Batas Logika Dia membaca. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Assalamualaikum Para pembaca, saya kali ini ingin berbagi cerita yang dimana saya berharap dapat menjadi inspirasi bagi pembaca semua. Allah SWT, Adalah yang Maha Mengetahui segala kejadian sekecil apapun itu, Yang Maha Mengatur, Maha Menggenggam segala-galanya. Cerita ini, sebetulnya sederhana, tapi bagi saya merupakan mungkin kejadian yang akan selalu teringat dalam hidup saya. Baik, pada hari Kamis tanggal 19/12/2013 Minggu kemarin saya hendak menghadiri pengajian di Masjid Daarut Tauhiid, Jl. Geger Kalong Girang, Bandung. Pengajian itu memang diadakan rutin setiap Kamis Malam, untuk umum. Dan penceramah nya pun adalah Abdullah Gymnastiar AA Gym. Pengajian dimulai ba'da Isya, seperti biasa saya berangkat dari rumah yang memang jaraknya tidak terlalu jauh dari DT, saya berangkat Ba'da Maghrib. Namun, apa yang saya temukan di jalan adalah kemacetan, yang dimulai dari jalan Cihampelas, dan saya temukan lagi di jalan Setiabudhi. Bagi anda yang sering suka ke jalan-jalan tersebut, mungkin mengetahui bagaimana jadinya jika jalan itu macet. Antrian panjang, bahkan saya yang menggunakan motor pun susah gerak. Saya sudah was-was, mengingat bahwa pengajian itu sebelum dimulai pun sudah penuh, bahkan shalat Isya pun biasanya ada sebagian yang di halaman parkirnya saking penuhnya. Di tengah ke was-wasan itu, saya teringat yang dikatakan Aa gym, bahwa segala sesuatu/apapun yang terjadi adalah izin Allah, dan tidak ada perbuatan Allah yang tidak baik. Saya merasa sedikit kalem saat teringat itu. Singkat cerita, saya masuk ke daerah Kalong Hilir. Apa yang saya temukan ? Ya, kepadatan kendaraan lagi, belum lagi jalan yang tidak lebar/kecil di daerah tersebut. Saya yang memakai motor, dan sedang mengejar waktu, mengingat waktu Isya tinggal beberapa menit lagi, berusaha selap-selip diantara mobil-mobil yang merayap. Dan ditengah aksi selap-selip itu dan ditengah ke 'hurry'-an itu apa yang terjadi ? Saya menyenggol mobil mini bus dan bemper depan mobil tersebut terkelupas. Entah kenapa, saya merasa tenang sekali saat itu terjadi, padahal jujur saja saya tidak membawa banyak uang kurang dari. di dompet, padahal kerusakan mobil tersebut cukup menganga. Melihat sang sopir mobil tersebut, menggelengkan kepala di dalam mobil dan menunjuk saya untuk minggir ke jalan dan menguruskan yang terjadi ini. Sang sopir pun mengikuti, membawa mobilnya ke pinggiran jalan. Sebelum saya men-standarkan motor, dan menghampiri sang sopir untuk mempertanggung jawabkan yang terjadi, saya teringat do'a yang pernah diajarkan Aa Gym tentang do'a Rasulullah, agar setiap urusan diurus oleh Allah. Doa nya seperti ini Ya Hayyu ya Qayyum birahmatika astaghits. wa Aslih sya'ni kullahu wa la takilni ila nafsi tharfata 'ainin Wahai Allah Yang Maha Hidup, tolong hamba..Perbaiki urusan hamba,semuanya Ya Allah, dan jangan serahkan kepada hamba walaupun hanya sekejap mataDengan keyakinan ini hanya ujian dari Allah, setelah membaca do'a tersebut saya hampiri Bapak sopir yang sedang melihat kerusakan mobilnya, saya belum berkata-kata kepada Bapak Sopir, dan ikut melihat kerusakan mobilnya. Setelah cukup lama memperhatikan kerusakan mobil, sang sopir menatap wajah saya, apa yang dia katakan ? Dengan ramah dia bertanya.. ''Motor ga apa-apa ?" Saya cukup kaget dengan apa yang keluar dari mulutnya, saya kira dia akan marah besar, memaki-maki dan menyalahkan sepuas dia. Tersadar dia bertanya, saya langsung berlari melihat motor saya, Alhamdulillah tidak ada kerusakan apapun di motor saya. Saya kembali menghampiri Bpk Sopir "Ga pak, ga apa-apa" Sang sopir terdiam sambil melihat mobilnya, dia berdiri dan menatap wajah saya lagi, dan apa yang dia katakan ? "Ya sudah, ga apa-apa" sambil dia kembali ke mobilnya. Saya disitu kaget,senang,dan terharu bagaimana nyata sekali Allah menolong saya, terasa sekali bahwa Allah itu melihat,mengetahui,segala-galanya. Saya langsung, mengejar pak sopir dan bilang "Maaf pa, makasih ya pa" Dengan perasaan terharu itu, saya melanjutkan perjalanan saya ke DT, saat tiba di DT ternyata adzan Isya belum berkumandang, dan walaupun antrian sudah ada, Allah mendudukan saya di tempat yang nyaman bahkan cukup dekat dengan penceramah Aa Gym. Itulah pembaca, percayalah pertolongan Allah itu ada. Dan memang Allah itu selalu menolong, dan Maha Menolong. Allah yang membolak-balik hati setiap mahkluk termasuk Bpk Sopir tadi, Jarang sekali saya yakin, yang rusak mobilnya bisa tiba-tiba ramah dan ikhlas begitu saja kepada penyenggol mobilnya. Apa ini semua kebetulan ? Tidak ada yang kebetulan, semuanya sudah diatur sedemikian rupa oleh yang Maha Mengatur. Semoga para pembaca bisa mengambil hikmah dari tulisan ini, dan yang paling penting bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah.. jangan cengeng,lebay, menghiba ke orang.. orang itu ga bisa ngasih pertolongan. Menghibalah kepada Allah yang Maha Memberi Pertolongan dan menguasai Lihat Catatan Selengkapnya

kisah nyata pertolongan allah